- IDENTITAS FILM
Judul Film
: Soekarno
Sutradara
: Hanung
Bramantyo
Produser :
Raam Pujabi
Editing
: Cesa David Luckmansya
Tahun pembuatan
: 2013
Durasi
: 150 minutes
·
Pemeran :
· Ario Bayu - Soekarno
· Lukman Sardi - Hatta
· Tanta Ginting - Sjahrir
· Tika Bravani - Fatmawati
· Maudy Koesnaedi - Inggit Garnasih
· Sujiwo Tejo - Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno)
· Ayu Laksmi - Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu Soekarno)
· Mathias Muchus - Hassan Din (ayah Fatmawati)
· Rully Kertaredjasa - Ibu Fatmawati
· Ferry Salim - Sakaguchi
· Agus Kuncoro - Gatot Mangkuprojo
· Stefanus Wahyu - Sayuti Melik
· Elang - Kartosuwiryo
· Agus Mahesa - Ki Hadjar Dewantara
· Hamid Salad - Achmad Soebardjo
· Hengky Solaiman - Koh Ah Tjun (pedagang China)
· Ria Irawan - Ceuceu (mucikari)
· Emir Mahira - Soekarno remaja
· Aji Santosa - Soekarno kanak-kanak
· Michael Tju – Hirohito
· Ario Bayu - Soekarno
· Lukman Sardi - Hatta
· Tanta Ginting - Sjahrir
· Tika Bravani - Fatmawati
· Maudy Koesnaedi - Inggit Garnasih
· Sujiwo Tejo - Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno)
· Ayu Laksmi - Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu Soekarno)
· Mathias Muchus - Hassan Din (ayah Fatmawati)
· Rully Kertaredjasa - Ibu Fatmawati
· Ferry Salim - Sakaguchi
· Agus Kuncoro - Gatot Mangkuprojo
· Stefanus Wahyu - Sayuti Melik
· Elang - Kartosuwiryo
· Agus Mahesa - Ki Hadjar Dewantara
· Hamid Salad - Achmad Soebardjo
· Hengky Solaiman - Koh Ah Tjun (pedagang China)
· Ria Irawan - Ceuceu (mucikari)
· Emir Mahira - Soekarno remaja
· Aji Santosa - Soekarno kanak-kanak
· Michael Tju – Hirohito
·
Alur Film : Alur Maju
· SINOPSIS
Lahir dengan nama Kusno, dan karena
sering sakit diganti oleh ayahnya dengan nama Soekarno. Besar harapan anak
kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya tokoh pewayangan - Adipati Karno.
Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun Sukarno berhasil mengguncang podium,
berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!! Akibatnya, dia harus dipenjara.
Dituduh menghasut dan memberontak. Tapi keberanian Sukarno tidak pernah padam.
Pledoinya yang sangat terkenal, Indonesia Menggugat, mengantarkannya ke
pembuangan di Ende, lalu ke Bengkulu.
Di Bengkulu, Sukarno istirahat sejenak
dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal
Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan yang lebih tua 12 tahun
dan selalu menjadi perisai baginya ketika di penjara maupun dalam pengasingan.
Kini, Inggit harus rela melihat sang suami jatuh cinta. Di tengah kemelut rumah
tangganya,Jepang datang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Berahi politik
Soekarno kembali bergelora.
Hatta dan Sjahrir, rival politik
Sukarno, mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dibanding Belanda.
Tapi Sukarno punya keyakinan, Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang
untuk meraih kemerdekaan. Hatta terpengaruh, tapi Sjahrir tidak. Kelompok pemuda
progresif pengikut Sjahrir bahkan mencemooh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator.
Keyakinan Sukarno tak goyah.
Sekarang, kemerdekaan Indonesia terwujud
pada tanggal 17 Agustus 1945. Di atas kereta kuda, Haji Oemar Said (HOS)
Cokroaminoto berwejang kepada Sukarno muda: Manusia itu sama misteriusnya
dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu.
Kalimat ini selalu dipegang Sukarno sampai dia mewujudkan mimpinya: Indonesia
Merdeka!
·
Kelebihan
- Karakter dan penokohan yang kuat.
- Salah satu kekuatan utama dalam film ini adalah detil sejarah yang rinci dan tidak banyak orang tau. Menurut saya film ini berbeda dengan film Indonesia kebanyakan karena disertai dengan riset yang cukup mendalam. Dan hal ini memunculkan kepuasan bagi para penonton yang ingin melihat film ini dari sisi sejarahnya.
- Kekurangan
- Film ini sebagaimana
tipikal film-film Indonesia pada umumnya, yakni mudah dimengerti. Alur
film ini sangat mudah ditebak apalagi bagi yang mengetahui sejarah
Indonesia pada periode kemerdekaan.
- Penokohan Sukarno
dalam film ini sering digambarkan dalam situasi galau, murung, dan
tertekan. Efek penuansaan dalam film ini pun didominasi dengan pencahayaan
yang gelap sehingga kesan murung pada sosok Sukarno sebagai tokoh utama
semakin terasa. Padahal kita mengenal Sukarno merupakan sosok yang tegas.
- Film ini memaksakan
sisi romantisme Sukarno secara salah. Film ini mengangkat Sukarno sebagai
seorang yang womanizer. Akan lebih baik jika konflik Sukarno-Inggit-Fatma
dalam film ini ditiadakan dan hanya fokus dalam pergulatan dalam
mendapatkan kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar