KEPRIBADIAN NILAI DAN GAYA HIDUP
TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Kepribadian adalah keseluruhan
cara seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan,
sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang
jika adanya hubungan dengan orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang
adalah faktor biologis dan psikologisnya.
Ciri-ciri kepribadian :
Para ahli tampaknya masih sangat
beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian
kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W.
Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50
definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang
dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik
bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu
dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur
psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi
kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang
kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak
dikenal, diantaranya : teori
Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori
Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi
dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari
Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self
dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
· Karakter
yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
· Temperamen
yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
· Sikap;
sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
· Stabilitas
emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
· Responsibilitas
(tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
· Sosiabilitas
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
Kepribadian yang sehat
· Mampu
menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.
· Mampu
menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
· Mampu
menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan
yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh
atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi
atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan
frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
· Menerima
tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
· Kemandirian;
memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.
· Dapat
mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak
destruktif (merusak)
· Berorientasi
tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya
berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
· Berorientasi
keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat
fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan
untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan
dirinya.
· Penerimaan
sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
· Memiliki
filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar
dari keyakinan agama yang dianutnya.
· Berbahagia;
situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh
faktor-faktorachievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat
· Mudah
marah (tersinggung)
· Menunjukkan
kekhawatiran dan kecemasan
· Sering
merasa tertekan (stress atau depresi)
· Bersikap
kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang
· Ketidakmampuan
untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau
dihukum
· Kebiasaan
berbohong
· Hiperaktif
· Bersikap
memusuhi semua bentuk otoritas
· Senang
mengkritik/mencemooh orang lain
· Sulit
tidur
· Kurang
memiliki rasa tanggung jawab
· Sering
mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
· Kurang
memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
· Pesimis
dalam menghadapi kehidupan
· Kurang
bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
1.1.2 Gaya hidup
Gaya hidup (English: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman atau
keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada
awalnya dibuat oleh psikolog Austria ,
Alfred Adler , pada 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana
dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961.[1]
Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian,bahasa,kebiasaan,dan lain-lain.gaya hidup bisa
dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain.gaya hidup juga bisa dijadikan
contoh dan juga bisa dijadikan hal tabu.contoh gaya hidup baik: makan dan
istirahat secara teratur,makan makanan 4sehat 5sempurna dan lain-lain.contoh
gaya hidup tidak baik: berbicara tidak sepatutnya,alay,makan sembarangan dan lain-lain.gaya hidup dapat
mempengaruhi kesehatan juga seperti kanker,diabetes dan lain lain
1.2 KEPRIBADIAN, NILAI, DAN GAYA HIDUP TERHADAP
PERILAKU KONSUMEN
Nilai dan Gaya hidup dalam perilaku
konsumen sangat berkaitan erat dalam kaidah-kaidah menganalisa Perilaku
Konsumen serta relevansinya dengan strategi market dalam membentuk sebuah
konsumen yang kuat dengan produsennya. Produsen tentu memiliki standar prosedur
dalam menguasai pasar, tentunya apabila ingin memperoleh dan mendapatkan hati
di para konsumen, hal-hal yang berkaitan dengan ini yaitu melakukan riset
pemasaran, agar memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penjualan.
Kepribadian dan gaya hidup adalah
naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat yang berada pada sifat
manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor lingkungan sebagai sebuah
objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir manusia, dan juga faktor
pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola konsumerisme. Cara berfikir manusia
adalah sebuah ideologi atau gagasan yang bersifat idealistis yang dimiliki
setiap manusia secara alamiah untuk menentukan suatu pola terarah dan memiliki
sikap dalam menentukan banyak hal, hal inilah yang menjadi indikator bagi para
pemasar, bagaimana mereka menganalisa sebuah pemikiran masyarakat agar mau
membeli produk mereka.
Faktor-faktor lingkungan adalah
suatu pola eksternal dalam mempengaruhi pola berfikir manusia dalam bersikap,
yang akhirnya menjadi gaya hidup dan perilaku seseorang dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Pendapatan adalah sebuah hal pokok, yang akhirnya
membentuk sebuah perilaku konsumen dalam bersikap dan juga memenuhi kebutuhan
hidupnya, seorang yang memiliki pendapatan besar tentu memiliki gaya hidup yang
berbeda dalam menjalani sebuah kehidupannya sehingga munculah sebuah perilaku
konsumerisme, yaitu pola hidup yang berlebih-lebihan dalam mengambil keputusan
untuk sebuah pola yang lebih dari apa yang dibutuhkan.
Kepribadian merupakan ciri watak
seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku individu. Kepribadian
sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki seseorang.
Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan orang lain. Dasar pokok
dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan psikologisnya. Kepribadian
sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi
atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual individu tersebut
(bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya (bagaimana
ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana dia
mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
Nilai memainkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri merupakan ukuran
mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Nilai sangat
mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam hal apapun termasuk
melakukan pembelian.
Gaya hidup adalah cara hidup, yang
diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang.
Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi
pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk
yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai
aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada
bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mereka mengalokasikan waktu mereka.
Kepribadian dan gaya hidup merupakan
marupakan salah satu dari karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku
konsumen selain umur, pekerjaan, dan situasi ekonomi. Banyak konsumen yang
sangat loyal dengan produk tertentu saperti minuman pepsi sehingga mereka tidak
akan minum minuman bersoda lainnya selain pepsi.
Selain itu barang dan jasa juga
mempunyai nilai yaitu nilai pakai dan nilai tukar. Nilai pakai sendiri dibagi
dua yaitu nilai pakai objektif dan nilai pakai subjektif. Nilai pakai objektif
merupakan kemampuan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan banyak orang
sedangkan nilai pakai subjektif merupakan nilai yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu benda atau jasa dalam memenuhi kubutuhan pribadi pemakainya.
Sementara nilai tukar juga dibagi dua yaitu nilai tukar objektif dan nilai
tukar subjektif.
Teori nilai juga terbagi menjadi dua
teori nilai objektif dan teori nilai subjektif. Yang termasuk teori nilai
objektif yaitu teori biaya produksi dari Adam smith, teori dari biaya produksi
tenaga kerja dari David ricardo, teori nilai lebih dari Karl mark, teori nilai
reproduksi dari Carey, teori nilai pasar dari Humme dan Locke.
Sementara teori nilai subjektif yang
terkenal yaitu hukum Gossen 1, hukum Gossen 2, dan Carl Menger. Menurut hukum
Gossen 1 nilai suatu barang bagi konsumen yang mengkonsumsinya berkurang jika
semakin banyak barang tersebut dikonsumsi.
Menurut hukum Gossen 2 manusia akan memuaskan kebutuhan
yang beraneka ragam sampai mencapai tingkat intensitas yang sama. Menurut
Menger nilai lebih ditentukan oleh faktor subjektif (kepuasan atau permintaan)
dibandingkan faktor objektif (biaya produksi atau permintaan). Nilai berasal
dari kepuasan manusia oleh karena kebutuhan menusia lebih banyak dari barang
yang tersedia maka manusia akan memilih secara rasional diantara semua barang
alternatif yang tersedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar